Erick Thohir secara resmi terpilih sebagai Ketua Umum PSSI untuk periode 2023-2027. Kepastian itu diketahui setelah Kongres Luar Biasa Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (KLB PSSI) rampung diselenggarakan pada Kamis (16/2/2023). Adapun KLB PSSi digulirkan di Hotel Shangri-La, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Erick Thohir dipastikan menang dengan jumlah suara 64 dari total 86 voter, sedangkan La Nyalla mendapatkan 22 suara.
Adapun nama Erick Thohir sempat tersendat menjadi calon ketum PSSI lewat aturan berkontribusi sebagai anggota PSSI selama lima tahun. Akan tetapi, masalah itu langsung dibantah. Sebab, dia pernah berkecimpung di sepak bola Indonesia sebagai Wakil Komisaris Utama PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) pada tahun 2009-2019. Erick Thohir juga tercatat pernah menjadi Direktur Keuangan Persija Jakarta pada era 2000-an. Terkini, Erick Thohir merupakan pemilik saham Persis Solo sejak 2021.
Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) mengucapkan selamat atas terpilihnya Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI. Figur Erick Thohir diharapkan mampu menerapkan standart prestasi yang tinggi bagi sepak bola Indonesia. Hal ini dikatakan sekretaris jenderal PSTI, Abe Tanditasik dalam rilisnya hari ini di Jakarta.
“Saya ucapkan selamat kepada Bung Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI terpilih. Semoga tidak hanya menjadi harapan baru, tetapi juga bisa menerapkan standar prestasi tinggi bagi sepak bola Indonesia,” ujar Abe.
Abe menambahkan banyak sekali pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh kepengurusan PSSI ke depan.
“Banyak sekali permasalahan yang harus ditangani oleh Erick Thohir yang harus dituntaskan, Diantaranya masalah pembibitan, penggunaan sport science, sistem kompetisi yang profesional, modern dan berkesinambungan, pembinaan timnas, tata kelola dan pembinaan suporter, serta pemberantasan mafia sepak bola,” tambah Abe.
Sementara itu sebelumnya dalam diskusi yang diadakan di kantor Barikade’98 dengan tema “Reformasi PSSI, Menyelamarkan Jati Diri Sepak Bola Indonesia” Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia Ignatius Indro menekankan agar kepengurusan yang baru tidak lagi menjadikan suporter hanya menjadi obyek semata dan mampu membuat PSSI menjadi organisasi yang menjadi ujung tombak penuntasan Tragedi Kanjuruhan.
“Selamat untuk Pak Erick Thohir, yang perlu menjadi perhatian selama ini suporter hanya dijadikan obyek yang diambil keuntungan penjualan tiket atau merchandise semata tanpa ada jaminan keamanan dan kenyamanan dalam menyaksikan pertandingan, juga ketua PSSI yang baru harus bisa mendesak dibuatnya aturan turunan dari Undang-undang keolahragaan agar bisa memaksa seluruh stake holder melakukan edukasi suporter hingga ke akar rumput,. Serta tetap mengutamakan pengusutan tuntas tragedi Kanjuruhan agar tidak terjadi lagi,” ujar Indro.
Indro bersyukur para pemilik suara dalam PSSI benar-benar memilih dengan hati untuk kepentingan sepak bola Indonesia bukan hanya karena iming-iming uang semata dan memilih orang yang memiliki kredibilitas yang baik.
“Saya senang voters bijak memilih bukan karena janji-janji uang semata, tapi orang yang mampu bekerja untuk sepak bola. Jangan juga memilih orang yang pernah bermasalah menjadi penyebar hoax misalnya. Karena orang-orang seperti ini tentu bisa melakukan apa saja untuk kepentingan pribadi semata,” tutup Indro.
Direktur Oaka Football Group yang juga mantan Deputy Sekjen PSSI Fanny Riawan menilai, masalah sepak bola Indonesia begitu kompleks sehingga membutuhkan figur yang kuat untuk memimpin induk organisasi sepak bola tersebut.
“Figur Erick Thohir sosok figur yang kuat dan diakui oleh dunia. Pengakuan dunia itu salah satunya berhasil menghindari sangsi FIFA terkait Tragedi Kanjuruhan. Selain itu mampu bekerja sama dengan seluruh stake holder sepak bola termasuk pemerintah,” ujar Fanny.
Fanny menambahkan banyak hal yang perlu diperbaiki oleh kepengurusan PSSI yang baru, diantaranya perbaikan kompetisi, keorganisasian dalam PSSI hingga permasalahan suporter.
“Banyak sekali yang harus diperbaiki dalam sepak bola Indonesia, perbaikan kompetisi mulai dari permasalahan wasit, hingga peningkatan nilai liga termasuk menjalankan liga usia muda harus dilakukan secara profesional. Standarisasi asprov, askot dan askab juga harus dilakukan karena ini tidak terjadi selama ini, juga masalah suporter, harus ada divisi HAM untuk melindungi suporter sehingga jangan sampai terulang kasus Kanjuruhan,” tambah Fanny.