Piala Afrika 2021 baru saja berakhir dan Timnas Senegal menjadi jawarausai mengalahkan Mesir di partai puncak melalui adu penalty setelah keduanya gagal menciptakan gol saat waktu normal maupun perpanjangan waktu. Ini menjadi gelar pertama The Lions of Teranga sepanjang sejarah. Final Piala Afrika 2021 menyajikan duel Senegal vs Mesir di Paul Biya Stadium, Kamerun, Senin (7/2/2022) dini hari WIB.
Pertarungan kedua Timnas ini tentu tak dapat dilepaskan dari 2 ikon masing-masing Negara yang bermain di klub yang sama Liverpool, Sadio Mane dan Mohamed Salah. Keduanya memang menjadi andalan Liverpool dalam urusan mencetak gol. Mereka saling bahu membahu dan telah menghasilkan beberapa piala prestisius Liga Champions Eropa dan gelar yang telah 30 tahun ditunggu-tunggu oleh Kopites seluruh dunia, gelar Liga Inggris.
Namun pagi tadi keduanya harus berhadapan pada partai puncak Piala Afrika 2021. Sadio Mane sebenarnya mendapat peluang besar untuk mencetak gol saat menjadi algojo ketika Senegal mendapat hadiah penalti pada menit kedelapan usai Saliou Ciss dijatuhkan Mohamed Abdel Monem di kotak terlarang.
Sadio Mane yang maju sebagai eksekutor gagal menuntaskan tugasnya dengan sempurna. Bola sepakannya ke arah kanan dapat ditepis kiper Mesir, Mohamed Abougabal.
Mohamed Salah juga memiliki peluang ketika Mesir nyaris mencetak pada menit ke-43. Bola tembakan Mohamed Salah di kotak penalti dapat ditepis Edouard Mendy. Waktu normal dan perpanjangan waktu 2×15 menitpun berakhir dengan skor kacamata 0-0 sehingga harus ditentukan melalui adu penalti.
Senegal keluar sebagai jawara setelah memenangi adu penalti 4-2 atas Mesir. Dua sepakan penalti Mesir atas nama Abdelmonem dan Mohanad Lasheen gagal menjadi gol, sementara Senegal hanya gagal sekali ketika eksekusi penalti Bouna Sarr ditepis.
Sadio Mane akhirnya mampu menebus kesalahan pada babak pertama dengan menjadi penentu kemenangan Senegal setelah tendangannya gagal ditepis oleh Abdel Monem.
Menghibur sahabat
Setelah kepastian memanangkan Final tersebut, Sadio Mane dengan cepat menghibur rekan setimnya di Liverpool Mohamed Salah, yang menangis setelah menderita kekalahan di partai Final.
Salah tidak memiliki kesempatan untuk mengambil penalti untuk Mesir dan patah hati ketika negaranya kalah pada rintangan terakhir.
Tetapi tidak butuh waktu lama bagi rekan setimnya di Liverpool untuk memberikan dukungannya, dengan Mane merangkul Salah dan mengungkapkan beberapa kata penghiburan.
Mane akan sangat akrab dengan perasaan pemain Mesir itu saat ini, setelah kalah di final 2019 dari Aljazair. Dan pertukarannya dengan Salah menunjukkan kelasnya dan rasa hormat antara kedua rekan satu timnya.
Hubungan Mane dan Salah
Mane dan Salah merupakan dua bomber utama Liverpool. Namun hubungan keduanya mulai disebut retak sejak Oktober tahun 2019 lalu. Saat itu Mane mengamuk karena menilai Salah bermain terlalu egois di laga lawan Burnley. Masalah itu sendiri diklaim sudah diselesaikan.
Akan tetapi masih banyak fans yang merasa bahwa dua pemain asal Afrika itu sama-sama tidak akur. Terlebih di atas lapangan performa mereka terlihat kurang padu.
Bagaimana teman-teman mereka melihat hal tersebut?
Bersama Roberto Firmino, Salah dan Mane adalah trisula maut The Reds di lini depan. Sebagai rekan setim, meski kerap bekerja sama di lapangan dan akrab sebagai teman, pada kenyataannya mereka juga pesaing satu sama lain.
Namun menurut mantan punggawa Liverpool, Dejan Lovren, persaingan dalam tim adalah sebuah hal yang wajar, mengingat para pemain sepak bola memang harus berlomba-lomba mencari tempat di tim utama dan mengamankan menit bermain sebaik-baiknya. Begitu pula apa yang terjadi saat Liverpool melawan Burnley waktu itu. Lovren pun berusaha menanggapinya dengan bijak.
“Saya melihatnya dengan sudut pandang berbeda, saya rasa bagus bisa berkompetisi dengan para pemain lainnya. Itu normal, Salah ingin mencetak lebih banyak skor ketimbang Mane, dan ini adalah sepak bola,” jelas Dejan Lovren
Sementara Andrew Robertson lantas angkat bicara soal isu tak sedap tersebut. Ia membantah kabar bahwa hubungan Sadio Mane dan Mohamed Salah mengalami keretakan.
Ia menegaskan Salah dan Mane baik-baik saja. Tak cuma di lapangan tapi juga di luar, dalam kehidupan sehari-hari.
“Hubungan [antara pemain depan] di luar lapangan sangat kuat, dan di atas lapangan, permainan link-up dan semuanya selalu baik-baik saja kok,” tegas Robertson.
“Tapi para pemain ini juga dibayar untuk menjadi egois dan kami membutuhkan mereka untuk mencetak gol dan mengambil risiko di sepertiga akhir lapangan, dan kami menambahkan [Diogo] Jota ke dalam kategori itu sekarang. Saat mereka berada di depan gawang, kami mengharapkan mereka untuk menembak dan mencetak gol,” serunya.
“Ada saat-saat tertentu di mana orang mengatakan Bobby harusnya mengumpankan bola, Sadio harusnya mengumpan bola, atau Mo bisa saja mengoper bola, tapi orang-orang ini dibayar dengan uang untuk membuat keputusan sepersekian detik dan mencetak gol untuk kami,” terang Robertson.
Memang isu retaknya kedua bomber tersebut saat ini mulai mereda karena keduanya kembali menunjukan keganasan mereka melalui kerja sama yang apik di lini depan Liverpool sejauh ini. Namun isu baru yang beredar tentang keduanya adalah masalah perpanjangan kontrak yang saat ini belum ada kesepakatan dengan pihak klub.
Kopites tentu berharap dengan keduanya tampil di partai puncak Piala Afika akan membuka titik terang bagi klub untuk segera menyodorkan kontrak baru yang sesuai dengan keinginan semua pihak.
(DRO)