Newcastle resmi diakuisisi Public Investment Fund (PIF) pada Kamis (7/10/2021) waktu setempat. Konsorsium Arab Saudi itu mengambil alih kepemilikan klub sebesar 80 persen, dengan sisanya 20 persen saham dimiliki Amanda Staveley dan the Reuben brother.
Pemilik lama Newcastle Mike Ashley sejatinya sudah bersedia menjual klub sejak April 2020, namun dihalangi otoritas Premier League karena sejumlah masalah, mulai dari ketidakjelasan siapa pengambil keputusan utama hingga soal pembajakan siaran olahraga di Arab Saudi.
Kini, Newcastle United sudah resmi dilepas Ashley dengan harga 300 juta Pound. The Magpies pun bertekad menghapus dahaga trofi yang sudah berlangsung sejak 1955.
PIF, yang diketuai Pangeran Arab Saudi, Mohammed Bin Salman, boleh jadi badan dengan aset terbesar di dunia. Konsorsium itu punya aset senilai 320 miliar paun atau lebih dari Rp 6.000 triliun! Dengan uang sebesar itu, tentu saja Newcastle bisa disulap jadi tim dengan materi pemain bintang dan tentunya pelatih top. Ketika Newcastle resmi diakuisisi, nama-nama pemain besar pun langsung dihubungkan.
Tapi, Newcastle jangan lupa juga kalau mereka tidak bisa begitu saja mengeluarkan uang untuk mendatangkan pemain dengan harga selangit. Sebab Newcastle tetap harus mengikuti aturan Financial Fair Play (FFP) milik UEFA.
Jika saja Newcastle melanggar FFP, maka mereka bisa dilarang tampil di Eropa. Terkait hal ini, Newcastle tidak usah khawatir karena bisa belanja besar mulai Januari nanti. Saat ini keuangan Newcastle kini dalam kondisi sehat karena Ashley tidak meninggalkan utang sama sekali. Ashley memang dikenal pelit untuk belanja pemain sehingga klub jarang mengeluarkan uang transfer banyak.
Ada keuntungan sekitar 38 juta paun dalam laporan keuangan sejak 2018 dan juga pengeluaran untuk akademi, infrastruktur, serta komunitas sekitar 50 juta paun. Newcastle United punya batas toleransi kerugian sekitar 105 juta euro sehingga ada total dana belanja lebih dari 200 juta paun atau sekitar Rp 3,6 T. Dengan uang sebanyak itu, Newcastle bisa mengeluarkannya sampai akhir musim 2023/2024.
Ini belum termasuk jika Newcastle berhasil mendapatkan sponsor-sponsor baru yang nilai kontraknya lebih besar. Maka anggaran belanja mereka dapat bertambah.
Target tinggi
Newcastle United memasang target tinggi usai resmi diakuisisi konsorsium yang didanai Public Investment Fund (PIF) dari Arab Saudi. The Magpies ingin menjadi raja sepakbola Inggris dan Eropa di masa depan.
Demikian pernyataan dari Amanda Staveley, direktur Newcastle yang baru. Pebisnis 48 tahun itu mengakui jalan menuju ke sana tak mudah dan butuh proses. Namun dengan kekuatan uang dan manajemen baru yang lebih ambisius, probabilitas ke arah sana menjadi lebih tinggi.
“Newcastle United berhak berada di papan atas Premier League. Kami ingin mencapai ke sana. Perlu waktu memang, tapi hal itu akan tercapai,” ujar Staveley.
“Kami bangga menjadi bagian dari Premier League. Ini adalah liga yang luar biasa kompetitif, yang jelas kami suka. Premier League adalah yang terbaik di dunia, dan Newcastle United adalah tim terbaik di dunia.”
“Kami ingin meraih banyak trofi, itu jelas. Baik di Inggris ataupun di Eropa. Tapi untuk menuju ke sana, butuh kesabaran, investasi, waktu. Kami ingin semua orang bekerja dengan kami, membangun klub bergerak maju ke arah yang diperlukan,” jelas Staveley.
Apa yang harus dilakukan mewujudkan hal tersebut?
Meski memiliki dana yang demikian besar, tampaknya fans Newcastle harus bersabar untuk menantikan prestasi demi prestasi yang menjadi target utama mereka. Tidak mudah mewujudkan hal tersebut karena saat ini Newcastle memang masih belum banyak diperhitungkan baik di Liga Inggris maupun Eropa.
Skuad yang ada saat ini masih termasuk skuad yang biasa-biasa saja, sehingga yang harus diperhatikan pemilik baru adalah bagaimana mereka bisa meyakinkan seorang pelatih dan manager sekelas Jurgen Klopp yang mumpuni dan bisa meracik pemain-pemain yang biasa menjadi bintang.
Saat ini ada beberapa pilihan pelatih top yang bisa direkrut, mulai dari Antonio Conte, Frank Lampard, hingga Steven Gerrard. Ini semua tergantung kemampuan manajemen Newcastle untuk meyakinkan mereka untuk menggantikan Steve Bruce. Jika hal tersebut bisa diwujudkan, paling tidak diharapkan mereka dapat menaikan peringkat klub di klasemen hingga menembus zona Liga Eropa. Karena dengan masuk Liga Eropa, tentu akan menarik bagi pemain-pemain berkualitas untuk dapat direkrut di musim selanjutnya.
Jika itu bisa terjadi tentu pelatih bisa membeli pemain yang tidak hanya mahal, tetapi memang tepat dibutuhkan untuk memperkuat tim.
Berkaca pada Manchester City
Sheikh Mansour adalah pemilik klub Premier League Manchester City. Dia membeli Manchester City pada tahun 2008 dari mantan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra. Di bawah kepemimpinannya, City memang akhirnya berhasil meraih kesuksesan besar dengan meraih berbagai macam trofi.
Musim pertama sejak diakuisisi Sheikh Mansour, City menjadi klub paling royal dalam urusan beli pemain. Mereka menggelontorkan lebih dari 120 juta pounds untuk mendatangkan sejumlah pemain berkualitas. Salah satu pemain bintang yang didatangkan City saat itu adalah Robinho. Pemain asal Brasil itu direkrut dari raksasa Spanyol Real madrid. Robinho kala itu dibeli dengan biaya yang mencapai 32,5 juta pounds. Ia pun langsung tercatat sebagai pembelian termahal Premier League pada bursa transfer musim panas 2008.
Gelontoran dana yang besar ternyata tidak langsung menjamin trofi untuk City. Kehadiran pemain bintang belum bisa mendongkrak performa City di ajang Premier League. Di bawah asuhan Mark Hughes, The Citizens hanya finis di peringkat ke-10 pada akhir musim 2008/09. Mereka mengumpulkan 50 poin dari 38 pertandigan.
Baru pada 2012 Manchester City bisa merebut juara Liga Premier Inggris setelah Roberto Mancini mampu membuat para pemain bintang yang dibelinya bermain padu dan bisa menjadi penguasa Inggris.
Melihat hal tersebut patut kita tunggu apakah Sultan Baru di Liga Inggris, Newcastle United bisa segera meramaikan perebutan gelar di Negeri James Bond tersebut atau di Eropa.
(DRO)