Ponirin Meka lahir di Deli Serdang, Sumatera Utara pada 2 Februari 1956. Dia sudah hobi bermain sepak bola sejak masih anak-anak.
Ponirin muda kemudian bergabung dengan klub amatir binaan Lonsum yaitu PSSD yang merupakan klub anggota PSDS Deliserdang pada 1976.
Setahun berselang Ponirin menjadi kiper utama PSDS di Divisi 1 Perserikatan PSSI. Dia kemudian bergabung dengan PS Kinantan yang merupakan klub anggota PSMS Medan.
Perjalanannya berlanjut dengan bergabung ke Medan Putra. Bakatnya semakin terlihat dan akhirnya diajak untuk masuk ke Medan Utara pada 1979.
Bakatnya semakin terasah dan dilirik. Ponirin Meka akhirnya dipanggil memperkuat PSMS Medan pada 1982. Namanya mulai terlihat sebagai kiper legenda PSMS di ajang Fatahillah Cup 1982.
Setelah membawa PSMS Medan menjuarai Fatahillah Cup 1982, Ponirin Lubis berhasil membawa PSMS menjadi juara Divisi Utama Perserikatan PSSI 1982/1983.

Di laga final ajang ini, PSMS berhasil mengalahkan Persib Bandung lewat adu penalti dengan skor 3-2. Kedua tim sama-sama bermain imbang 0-0 hingga babak tambahan waktu.
Prestasi yang sama diulang oleh Ponirin Meka usai membawa PSMS menjuarai Divisi Utama Perserikatan setelah mengalahkan Persib di final 1985.
Prestasi lain di level klub milik Ponirin Meka adalah membawa PSMS Medan menjuarai Piala Kemerdekaan pada 1987.
Penampilan apiknya bersama PSMS Medan akhirnya membawa Ponirin Meka menembus Timnas Indonesia. Dia menjadi bagian Timnas Indonesia yang meraih medali emas SEA Games 1987 usai mengalahkan Malaysia di babak final.
Ponirin Meka juga membawa Timnas Indonesia melaju hingga semifinal Asian Games 1986 yang berlangsung di Korea Selatan. Indonesia saat itu kalah dari Kuwait di perebutan medali perunggu.
Setelah pensiun sebagai pesepak bola, Ponirin Meka tidak pernah tercatat berkarier sebagai pelatih. Semua jasa dan kisah heroiknya untuk PSMS dan Timnas Indonesia kini menjadi cerita setelah dirinya meninggal dunia pada 10 April 2022 di usia 66 tahun.
Dunia sepakbola Indonesia kembali diterpa kabar duka. Kali ini kiper legendaris PSMS Medan dan Timnas Indonesia, Ponirin Meka meninggal dunia.
Sang legenda meninggal dunia pada Minggu (10/4/2022) kemarin setelah sempat dirawat karena mengalami serangan jantung. Kabar meninggalnya Ponirin sendiri diungkapkan oleh PSSI melalui akun Instagram resmi mereka pada Minggu malam.
“Turut berduka cita atas meninggalnya Penjaga Gawang Timnas Indonesia era 80an, Ponirin Meka. Semoga amal ibadah almarhum diterima dan keluarga yang ditinggalkan dapat diberi ketabahan,” demikian pernyataan PSSI.
Ponirin Meka sendiri dikabarkan mengalami serangan jantung pada akhir Maret 2022. Ponirin juga sempat menjalani perawatan intensif.
Almarhum tutup usia pada 66 tahun dan disemayamkan di kediamannya di Kecamatan Tanjung Morawa, Deli Serdang.
Kepergian Ponirin Meka menjadi kehilangan besar bagi sepakbola Indonesia. Ponirin adalah salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki oleh Timnas Indonesia.
Kita akan melihat bagaimana sosok Ponirin Meka di mata beberapa tokoh kepada Kanalbola.ID

“Saya mengenal beliau ketika sudah tidak menjadi pemain timnas. Sekitar 25 tahun lalu saat Ponirin di Jakarta dan sering mangkal kita duduk ngopi bareng di Stadion Bea Cukai, Rawamangun. Saat itu Ponirin giat membantu Persijatim bersama Almarhum Bang Zein dan Pak Sutejo. Dia juga melatih tim muda dan SSB di Stadion Bea Cukai.
Setau saya Ponirin adalah sosok yg baik bersahaja. Orangnya sederhana, dan suka bercanda dengan teman2 wartawan. Kami sempat 10 tahun berkawan sebelum disibukan dengan kerjaan masing2.
Saya mengenangnya sebagai salah seorang kiper terbaik yang pernah dilahirkan di Indonesia. Anak Medan itu adalah pekerja keras, dan sangat disiplin. Kegemilangannya saat membawa Timnas Indonesia di Semi Final Asian Games Seoul 1986 menjadi sesuatu yang tak terlupakan dalam sejarah ikut pesta olahraga se-Asia. Ponirin tampil luar biasa saat menepis penendang penalti tim UEA di perempat final dan memastikan satu tiket ke semi final. Momen bersejarah yang juga tak bisa dilupakan. Ponirin telah memberikan segalanya untuk karir dia di cabang sepak bola. Ia selalu tampil all out dengan semangat tinggi di lapangan ketika memakai kostum timnas. Semangatnya dan dedikasinya, kecintaannya dlm bermain bola baik ketika masih di Medan sampai ke Timnas akan selalu dikenang sampai akhir hayatnya,”
Ronny Pangemanan (Pengamat Sepak Bola)

“Saya bersorak kencang ketika bola hasil sepak pojok Iwan Sunarya disundul kencang oleh Ajat Sudrajat, dari jarak sekitar 15 meter, dan menghujam pojok kiri atas gawang Ponirin Meka di menit ke-75, final divisi utama perserikatan tahun 1985 antara PSMS Medan vs Persib Bandung. Skor jadi 2-2. Persib ada harapan jadi juara.
Tapi Ponirin lagi-lagi menggagalkan mimpi itu. Dia kembali bermain gemilang dan sukses menahan tendangan Iwan Sunarya dan Robby Darwis dalam adu penalti yang digelar usai 120 menit skor masih tetap imbang. Kiper satu itu memang keren.
Padahal posturnya biasa aja. Tingginya pun tak seberapa. Cuma agak ganteng dengan kumis yang dipotong tipis. Selebihnya dia punya insting setajam kucing. Sergapannya selalu tepat waktu dan lengket. Loncatannya tinggi dan terbangnya jauh. Ia juga punya nyali besar ala anak Medan. Para pemain belakang tampak tenang kalau Ponirin sudah berdiri di bawah mistar.
Tak heran jika setelah itu Ponirin Meka terpilih menjadi kiper utama tim nasional, menggantikan Hermansyah yang tengah menurun performanya akibat dihajar virus hepatitis. Ia masuk di saat yang tepat kendati pada usia yang sudah agak menua, 29 tahun. Ponirin akhirnya melengkapi salah satu skuad terbaik timnas merah putih sepanjang sejarah. Bersama tim asuhan Bertje Matuapelwa itu, Ponirin sukses membawa timnas Indonesia masuk Semifinal Asian Games 1986 dan menjadi juara Sea Games 1987.
Sejatinya, Ponirin masih cukup baik bermain setelah tahun 1988. Tapi usianya yang sudah 32 tahun membuatnya lebih fokus pada karir pekerjaanya sebagai PNS Ditjen Bea Cukai. Ia pun perlahan meredup dari hingar bingar sepakbola.
Tak lama Ponirin memperkuat timnas, tapi jejaknya sangat berarti dan selalu dikenang. Ia juga salahh satu penjaga tradisi kiper hebat dari Medan, setelah Ronny Pasla dan Taufik Lubis, lalu dilanjutkan Donny Latuperissa, Eddy Harto, Sahari Gultom, hingga Markus Harison,”
Hardy Hermawan (Wartawan Senior, Founder Kanalbola.id)

“Beliau legenda indonesia banyak aksi-aksi beliau yang membuat orang terkagum-kagum dalam menjaga gawangnya. Meskipun Saya sebagai penjaga gawang berbeda generasi, namun Saya mengetahui kehebatannya dalam menjaga gawang.
Kita sangat kehilangan semoga beliau tenang di alam sana dan diampuni segala dosa-dosanya. Aamiin,”
Edi Kurnia (Mantan Penjaga Gawang Persib Bandung)

“Sosok Almarhum orangnya sangat mempunyai karakter dan menyenangkan, ketika Kita selesai latihan atau pas lagi santai kadang sering bergurau Di flat mess Senayan Jalan Mendayung. Tempat mess seluruh atlit, Yang sekarang jadi Plaza Senayan. Disitu banyak kenangan dengan Almarhum Ponirin Meka sekitar Tahun 1987 hingga TC Ke Rio De Janeiro Brasil Selama sebulan disana. Semoga Almarhum Ponirin diterima amal ibadahnya, Husnul Khotima,”
Hermansyah (Legenda Penjaga Gawang Timnas Indonesia)
(DRO)