Tentu kita ingat selebbrasi yang dilakukan Mario Balotelli saat mencetak gol ke gawang Manchester United. Saat itu Manchester City meluluh lantahkan tetangganya di Old Trafford dengan angka mencolok 6-1. Dengan gaya coolnya Balotelli membuka setengah jerseynya dan menunjukan kaos didalamnya yang bertuliskan “Why Always Me?”.
Banyak arti yang tersirat dengan selebrasi tersebut, karena memang Balotelli memang menjadi ‘Bad Boy’ diantara para pemain sepakbola. Banyak yang memujanya, namun tidaklah sedikit pembencinya. Tak sedikit pula serangan-serangan rasial yang diterima olehnya.
Bagaimana tanggapan sejumlah tokoh sepakbola terhadap Balotelli?
Sergio Aguero
Sergio Aguero merasa aneh mengapa Mario Balotelli sampai dicap buruk oleh semua orang termasuk segelintir fans Manchester City sendiri.
Pada awalnya, Aguero berpikir selebrasi ‘Why Always Me?’ memang dipakai Balotelli karena sudah kesal dengan segala tudingan buruk atas dirinya.
Namun ternyata, saat menanyai langsung hal itu dengan Balotelli, Aguero menemukan fakta yang membenarkan opininya selama ini.
Ketika ditanyai tentang kejenakaan Balotelli di Man City selama siaran langsung Twitch dengan Ibai Llanos, Aguero menjelaskan terkait selebrasi unik itu.
“Setelah Balotelli mencetak gol (vs Man United) saya penasaran apa maksudnya ‘Why Always Me (Mengapa Selalu Saya?)’,” kata Aguero.
“Apa anda (Balotelli) sering salah parkier? Tetangga anda sering mengeluh? Atau mungkin anda mencoba membakar rumah mereka dengan menembakkan roket lewat jendela?
“Saat saya mendengar semua hal yang dipublikasikan tentang Balotelli, saya langsung memberitahunya, anda tahu apa responnya (Balotelli)?
“Dia berkata, ‘Semua itu bohong, bagi saya, semuanya baik-baik saja, tidak seperti yang diyakini orang,’ dan itu termasuk selebrasi (vs Man United),” pungkasnya.
Massimo Moratti
Eks Presiden Inter Milan, Massimo Moratti, membela Mario Balotelli yang baru saja mendapat komentar buruk dari pemain Juventus, Giorgio Chiellini.
Dalam autobiografinya, Chiellini menulis beberapa hal negatif soal Balotelli. Pada salah satu bagian, dia berkata bahwa mantan pemain Inter itu layak ditampar karena kelakuannya bersama Timnas Italia di Piala Konfederasi 2013.
Bek berusia 35 tahun itu juga mengomentari sikap Balotelli yang merasa dirinya sebagai pemain hebat. Padahal, menurut Chiellini, Balotelli bahkan tak layak masuk jajaran 10 atau bahkan 20 pemain terbaik di dunia.
Moratti menyayangkan komentar-komentar Chiellini dalam autobiografi yang kabarnya segera terbit itu. Terlebih, dia mengaku cukup mengenal dan menyukai mantan penggawa Fiorentina serta Livorno tersebut.
“Aku menyesal karena aku sangat menyukai Chiellini. Aku juga tahu bahwa dia orang yang cerdas dan sopan. Aku tidak menyangka dia akan mengucapkan kata-kata seperti itu,” kata Moratti, dilansir Football-Italia.
“Aku merasa kasihan dengan Balotelli. Dia anak baik yang selalu mendapat perlakuan seperti ini,” sambung Moratti.
Belakangan ini Balotelli tak ‘nakal’ seperti beberapa tahun lalu, tetapi anggapan-anggapan miring terhadapnya masih saja berdatangan. Tahun lalu, eks pelatih AC Milan, Arrigo Sacchi, juga pernah mengkritiknya.
Kalau sudah begini, sepertinya kaus bertuliskan ‘Why Always Me’ atau ‘Kenapa Selalu Aku?’ yang Balotelli tunjukkan saat merayakan golnya bersama Manchester City pada 2011 masih relevan hingga sekarang.
Roberto Mancini
Betapa sedihnya Roberto Mancini melihat nasib Mario Balotelli kini, yang dulu dipandang bertalenta besar tapi kini berada di klub antah-berantah.
Pelatih timnas Italia Roberto Mancini merasa begitu patah hati melihat nasib Mario Balotelli sekarang. Sang penyerang tak lain adalah bekas anak didik kesayangan Mancini ketika keduanya bernaung di Inter Milan.
Keduanya juga pernah bahu-membahu bersama di Manchester City.
Di awal kariernya, Balotelli digadang-gadang sebagai pemain paling menjanjikan di Eropa dengan talenta besar yang dimilikinya.
Sang striker pernah membela klub-klub elite Eropa seperti Inter Milan, AC Milan, Man City dan Liverpool. Akan tetapi, karena sikap buruknya di dalam dan luar lapangan, serta beragam kontroversi yang dibuatnya, namanya terus meredup bak hilang ditelan bumi.
Musim lalu dia masih dipercaya untuk memperkuat Brescia, tetapi kini dia ‘terdampar’ di klub antah berantah Turki, Adana Demirspor, yang membelinya dari klub Serie B Italia itu.
Namun bukan Balotelli namanya jika dia tak membuat masalah. Di klub terbarunya itu, dia lagi-lagi berulah dengan ‘mengamuk’ ketika diganti sebelum waktu normal habis. Dia tertangkap kamera mencak-mencak di bangku cadangan, bahkan memukul rekan setim sendiri.
Melihat segala lika-liku kehidupan sepakbola Balotelli, Mancini berterus terang bahwa dia sangat sedih mendapati mantan anak didiknya itu kini jadi pemain yang tak tentu arah.
“Saya bekerja dengan Balotelli ketika dia berusia sangat muda, dan dia bermain dengan sangat bagus,” kenang Mancini kepada RAI Sport.
“Dia akan tetap berlabel pemain hebat dalam hal teknik. Dan jangan lupakan, dia telah berusia 31 tahun, jadi semestinya berada di puncak kariernya,” tambah Mancini.
“Jelas, sangat mengecewakan bagi kami semua yang mengenal dia sebagai pribadi dan pemain dalam lima sampai enam tahun, di mana dia tidak mampu melakukan apa yang sebetulnya dia sanggup kerjakan,” tandas sang pelatih.
(DRO)