Klub dan fans Barcelona harus mulai melupakan Lionel Messi. Selama ini mereka sepertinya masih belum terbangun dari mimpi tidurnya, mimpi ingin mengembalikan “sang messiah” ke Camp Nou. Di dalam mimpi itu, mereka terbuai halusinasi dengan menganggap Messi sebagai dewa penolong yang bisa mengembalikan kejayaan Barcelona. Kini mereka bukan hanya terbangun tapi matanya terbelalak. Mereka membuka mata lebar-lebar demi melihat sepak terjang sang finisher sejati, Robert Lewandowski.
Permainan rekrutan baru Barcelona ini memang bukan seperti lukisan indah yang bisa menyejukkan mata. Permainan Lewandowski bagai percikan api yang dengan tiba-tiba bisa menyambar gawang lawan. Kalau percikan api itu tidak terus dipantau, fans Barcelona bisa jadi kehilangan momen melihat secara langsung gol-gol yang dilesakkan Lewandowski. Mereka hanya tahu papan skor sudah berubah dan klub pujaannya menang.
Striker berpaspor Polandia ini baru lima kali membela Barcelona di semua ajang, tapi percikan apinya terus menebar ancaman. Ancaman datang tidak hanya dari kakinya, tapi juga dari tandukan kepalanya. Dia sudah mengoleksi 8 gol (5 gol di La Liga, 3 gol di Liga Champion). Berkat produktifitas golnya, Lewandowski membukukan dirinya sebagai top skor sementara di liga domestik (bersama Iago Aspas). Cetakan hatricknya saat melawan Viktoria Plzen meroketkan namanya sebagai top skor sementara di Liga Champion.
Produktifitas gol ini menjadi bukti bahwa dia masih menyimpan banyak percikan api dalam dirinya, dan sang pemain siap memuntahkan pijar api itu kapan saja.
Saat bergabung dengan Barcelona, Xavi Hernandes tidak lagi menyia-nyiakan kesempatan. Lewandowski langsung dimasukkan dalam skuad inti. Tidak pernah sekalipun Lewandowski dinomorduakan. Xavi Hernandes memberikan tempat permanen. Posisinya sebagai ujung tombak tidak diotak-atik.
Selama lima kali memperkuat Barcelona di turnamen resmi, tercatat hanya sekali Lewandowski ditarik keluar. Perannya digantikan oleh Ansu Fati pada menit ke 75 di saat Barcelona sudah unggul 0-3 atas Sevilla. Selebihnya dia bermain full time hingga peluit panjang dibunyikan.
Setelah ditinggal Messi, cukup lama klub yang bermarkas di Catalan ini kesulitan menemukan sosok pemain pembeda. Pierre-Emerick Aubameyang sempat memberikan harapan. Mantan pemain Arsenal ini mencetak 13 gol dari total 23 penampilan bersama Barcelona. Tapi Aubameyang harus dikorbankan demi memasukkan Jules Kounde dalam daftar pemain Barcelona. Aubameyang sendiri kehilangan tempat setelah kedatangan Lewandowski.
Harus diakui Aubameyang berkontribusi besar dalam mendongkrak performa Barca di musim 2021-22. Torehan golnya membuat Barca melaju kencang di Liga Spanyol. Barcelona yang bersaing ketat dengan Atletico Madrid dan Sevilla dalam perebutan posisi runner up, akhirnya bisa lepas dari kejaran kedua rival terdekatnya tersebut. Pencapaian punggawa Barca yang finish di urutan kedua, salah satunya tentu berkat ketajaman Aubameyang sebagai ujung tombak.
Tapi Xavi belum sepenuhnya puas dengan kinerja Aubameyang. Dia masih ingin mencari sosok finisher yang jauh lebih ganas. Dalam mengarungi musim 2022-23, dimana Barcelona kembali menjadi kontestan di Liga Champion, Xavi ingin memperkuat sisi ketajaman lini depan tim yang diasuhnya. Sang pelatih “ngebet” meminang Lewandowski, dan pinanganpun diterima. Lewandowski lebih memilih hengkang, meskipun Munchen tetap berusaha mempertahankannya.
Bersama klub barunya, Lewandowski berhasil membuktikan diri memenuhi ekspektasi yang diinginkan sang allenatore. Bisa dibilang, Barcelona “dimanjakan” oleh gol-gol yang dicetaknya. Sama seperti saat membela Munchen, eks bomber Borussia Dortmund ini menjelma menjadi seorang finisher sejati.
Di area pinalti, dia tidak melakukan banyak sentuhan. Pergerakanya sangat efektif. Cukup satu atau dua kali sentuhan, bola langsung dieksekusi dan sukses merobek jala lawan. Lewandowski juga sangat dingin melepaskan sepakan. Dia tidak mengandalkan tendangan yang kuat. Sang finisher sejati ini lebih mengutamakan placing bola. Kiper dibuat tak berdaya oleh kemampuan placing-nya yang mumpuni.
Ditulis oleh : Muhammad Ridwan Penggila Bola, Alumnus UIN Yogya