Kalah atau menang dalam sebuah pertandingan sepak bola adalah hal yang biasa. Namun kekalahan telak Indonesia atas tuan rumah Vietnam dalam pertandingan pertama ajang Sea Games terasa menyakitkan, mengapa? Karena Timnas Indonesia semalam benar-benar tidak menunjukan permainan yang baik dan kalah segalanya dari Vietnam. Pertandingan timnas U23 Indonesia vs Vietnam berlangsung di Stadion Viet Tri, Phu Tho.
Kesalahan-kesalahan mendasar seperti umpan pendek maupun panjang tidak tepat sasaran, kontrol bola yang buruk juga terjadi sehingga begitu mudah pemain lawan merebut bola dari kaki pemain kita, dan juga tidak terlihatnya fighting spirit dari para pemain sepanjang pertandingan itu tentu yang membuat pertandingan menjadi begitu berat sebelah. Belum lagi kita yang selalu kalah dalam pertarungan bola-bola atas.
Melihat pertandingan tersebut, harapan masyarakat sepak bola Indonesia terhadap pasukan Shin Tae-yong yang begitu tinggi di ajang Sea Games kali ini seakan sirna, setelah kita belum pernah mendapat emas selama 31 tahun, terakhir kita mendapat emas ajang Sea Games adalah tahun 1991 yang lalu.
Jalannya pertandingan
Babak pertama pertandingan Grup A SEA Games 2021 antara timnas U23 Indonesia vs Vietnam berjalan sangat alot dan berakhir imbang tanpa gol. Permainan Vietnam sebenarnya tidak terlalu istimewa, bahkan tidak seperti permainan biasanya yang mengandalkan high pressing. Pemain-pemain Vietnam tampaknya lebih hati-hati dengan permainannya sendiri.
Sayangnya hal tersebut gagal dimanfaatkan oleh pemain Timnas kita, sepanjang babak pertama, timnas U23 Indonesia masih kesulitan mengembangkan permainan. Serangan timnas U23 Indonesia sangat sering terhenti di sepertiga akhir pertahanan Vietnam akibat buruknya final pass pemain. Timnas U23 Indonesia juga sering kekurangan jumlah pemain ketika menyerang. Hal itu membuat timnas U23 Indonesia asuhan Shin Tae-yong gagal melepaskan tembakan ke arah gawang sepanjang babak pertama.
Seharusnya di babak pertama tersebut, kehati-hatian pemain lawan tersebut dimanfaatkan dengan serangan-serangan balik yang cepat. Apalagi pemain-pemain Vietnam juga sudah terkena kartu kuning cepat di awal babak pertama, itu seharusnya menjadi keuntungan. Namun sayang, itu tidak dimanfaatkan. Dan kita masih beruntung para pemain belakang kita masih cukup baik menjaga pertahanan. Fachrudin Aryanto selaku kapten bermain cukup baik bahu membahu dengan Rio Fahmi, Rizky Ridho dan Firza Andhika, untuk mengawal lini belakang timnas U23 Indonesia.
Di sisi lain, Vietnam asuhan Park Hang-seo tercatat memiliki tiga tembakan tepat sasaran pada babak pertama. Peluang terbaik Vietnam terjadi pada menit ke-27 ketika tembakan Tien Linh yang sempat berubah arah dan memantul di depan gawang ditepis oleh kiper Indonesia, M. Adi Satryo. Tensi pertandingan sempat memanas pada menit ke-40 ketika gelandang timnas U23 Indonesia, Rachmat Irianto, terlibat cek-cok dengan beberapa pemain Vietnam.
Shin Tae-yong, menerapkan formasi menyerang 4-3-3. Dia mengandalkan trio Saddil Ramdani, Egy Maulana Vikri dan Irfan Jauhari di lini depan. Shin Tae-yong juga memberi kesempatan tiga senior timnas U23 Indonesia, yakni Marc Klok, Ricky Kambuaya dan Fachrudin Aryanto, tampil sebagai starter. Namun ketiganya masih belum menunjukan kelas mereka.
Masuk babak kedua, Timnas kita masih memainkan pola yang sama dengan babak pertama. Namun, pada pada menit ke-54, Stadion Viet Tri bergemuruh menyambut gol Tien Linh. Gol Vietnam kali ini berawal dari kecerdikan Van Do mengirim umpan terobosan ke Manh Dung yang membuka ruang di sisi kiri kotak penalti Indonesia. Manh Dung yang lolos dari jebakan offside kemudian langsung mengirim umpan silang ke mulut gawang. Umpan Manh Dung itulah yang dimanfaatkan Tien Linh untuk mencetak gol.
Shin Tae-yong memasukkan tiga pemain sekaligus, yakni Alfeandra Dewangga, Ronaldo Kwateh, dan Witan Sulaeman. Tiga nama di atas masuk menggatikan Irfan Jauhari, Saddil Ramdani, dan Firza Andika. Dengan masuknya ketiga pemain tadi diharapkan kita bermain lebih menyerang.
Kenyataannya Timnas kita masih kesulitan keluar dari tekanan Vietnam. Permasalahan timnas U23 Indonesia masih sama seperti babak pertama, yakni jarak antar pemain terlalu jauh, kekurangan pemain ketika menyerang dan sering sekali salah umpan. Meskipun pemain Vietnam menurunkan tempo permainan, namun jarak antar pemain kita yang terlalu jauh, saat kita kehilangan bola, pemain Vietnam begitu leluasa membangun serangan dari tengah.
Pada menit ke-74 terjadilah gol kedua berkat permainan satu-dua yang apik sehingga Hung Dung mampu mencetak gol ke gawang M. Adi Satryo. Dan menit ke-87 Do Le Van menambah gol sehingga hasil akhir menjadi 3-0.
Statistik
Berkaca pada statistik tentu terlihat jelas bahwa penguasaan bola kita kalah jauh dari Vietnam, 39% berbanding 61% tentu sangat jauh. Passing suksespun sangat jauh, timnas kita hanya dapat melakukan 184 passing, itu karena banyak kesalahan mendasar pemain-pemain kita. Dan dampaknya terlihat pada tembakan ke gawang Vietnam yang hanya berhasil 1 kali saja dan itu jauh dari kata bahaya.
Jika kita melihat permainan pelatih-pelatih seperti Jose Mourinho yang sangat pragmatis, penguasaan bola yang kalah jauh tidak menjadi masalah selama masih memiliki efektivitas dalam melakukan serangan balik. Nah yang jadi masalah pada Timnas U23 kita, jangankan bicara efektifitas serangan, untuk melakukan umpanpun banyak salah dan kontrol bola yang buruk membuat kita jauh dari membangun serangan yang efektif tersebut.
Evaluasi Shin Tae-yong
Shin Tae-yong memang masih memiliki kesempatan untuk mengubah permainan Timnas U23 di pertandingan selanjutnya melawan Timor Leste, Filipina ataupun Myanmar. Namun permainan yang mengecewakan kemarin sangat wajar membuat publik sepak bola Indonesia menjadi pesimis untuk mendapatkan emas yang telah ditunggu 31 tahun tersebut. Apalagi kalau sampai kita gagal lolos di fase grup, tentu kekecewaan itu akan terus bertambah.
Untuk itu evaluasi harus segera dilakukan, ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh PSSI, apakah memang tugas yang begitu banyak dan berat kepada STY di Timnas senior, Timnas U23 bahkan Timnas U19 itu sudah efektif atau malah membuat STY kurang fokus dalam menjalankan pekerjaannya. Lalu apakah pemilihan pemain yang dilakukan STY sudah tepat? Atau karena beban yang begitu berat tersebut membuat STY panik sehingga mendesak proses naturalisasi yang terlihat tergesa-gesa seperti yang terlihat selama ini, atau bagaimana juga pelaksanaan TC Timnas di Korea Selatan memang sudah berjalan dengan baik dan menghasilkan dampak positif bagi Timnas kita?
Selain evaluasi bagi STY, perbaikan sistem sepak bola kita, mulai dari Liga kita, pembinaan usia dini juga harus tetap menjadi fokus yang dijalankan oleh PSSI. Karena sistem sepak bola yang baik tentu akan menghasilkan timnas yang baik.
Penulis adalah Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia dan pendiri Kanalbola.id