Perjuangan para pemain Timnas Indonesia di Sea Games 31 yang berlangsung di Vietnam sudah berakhir dengan mendapatkan medali perunggu setelah di pertandingan terakhir mengalahkan musuh bebuyutan Malaysia dengan drama adu penalti. Setelah Marc Klok sebagai penendang ke-5 berhasil menuntaskan tugasnya pasca Ernando Ari sebelumnya berhasil menggagalkan 2 tendangan pemain Malaysia, sementara Indonesia hanya gagal 1 kali saat Asnawi tendangannya menghantam tiang gawang.
Kemenangan ini sedikit menguntungkan posisi Shin Tae-yong yang mendapat kritik bertubi-tubi saat Timnas kita kurang menunjukan permainan yang impresif terutama saat kalah di pertandingan pertama melawan tuan rumah Vietnam dan juga saat semifinal melawan Thailand. Memang permainan kita agak sedikit membaik ketika mengalahkan Timor Leste, Filipina dan juga Myanmar sehingga di fase grup kita menduduki runner up dan harus menghadapi Thailand di semifinal.
Semifinal lawan Thailand
Saat melawan Thailand, penguasaan bola Timnas kita kalah 37% berbanding 67%. Passing juga kalah 623 berbanding 388. Sementara akurasi umpan 83% untuk Thailand, Indonesia hanya 76%. Reading the games juga milik Thailand. Mereka tampil kolektif dan lebih tenang, sementara Indonesia mengandalkan umpan panjang dan kecepatan pemain.
Namun sebenarnya pemain-pemain kita di babak pertama masih bermain efektif dan beberapa kali membahayakan pertahanan Thailand melalui Witan Sulaiman ataupu Egy Maulana Vikri. Namun sayang, kekurangan penyerang-penyerang kita tetap belum berubah sejak Piala AFF yang lalu yaitu kita tidak mempunyai striker yang memiliki killer insting di pertahanan lawan sehingga peluang-peluang yang kita peroleh menjadi percuma.
Babak kedua, fisik pemain kitapun terkuras habis dan ini dapat dimanfaatkan para pemain Thailand dengan baik. Sedangkan kita hanya bisa membiarkan pemain Thailand berkembang menguasai lapangan. Terlalu rendahnya kita bertahan di daerah sendiri juga membuat lawan semakin nyaman memegang bola, meskipun hingga akhir babak kedua Thailand belum mampu menciptakan gol.
Sayangnya pada babak perpanjangan waktu, akibat satu kesalahan saja, dimana pemain kita gagal memotong bola umpan pemain Thailand, mereka mampu membuat tendangan yang tak mampu dibendung Ernando Ari. Setelah unggul, pemain Thailand sengaja mengulur waktu dan memancing emosi para pemain kita yang sudah kelelaham fisik dan mental. Hasilnya, di menit terakhir perpanjangan waktu tiga pemain mendapatkan kartu merah Firza Andika, Rachmat Irianto, dan Ricky Kambuaya.
Seharusnya memang kita bisa menghindari emosi dan tetap focus ke pertandingan hingga peluit akhir dibunyikan, karena kita hanya tertinggal 1 gol saja dan satu kartu merah sudah didapat pemain Thailand, William Weidersjo, dengan demikian timnas sebenarnya memiliki keunggulan jumlah pemain, harusnya ini dimanfaatkan dan waktu satu dua menit sebenarnya masih bisa menciptakan keajaiban.
Namun emosi yang ditunjukan para pemain kita justru merugikan tim kita sendiri yang selain kehilangan pemain, kita juga semakin jauh dari fokus pertandingan. Tapi ya kejadian itu sudah kejadian, STY harus memperbaiki emosi dan mental para pemainnya agar tidak mudah dipancing dengan provokasi-provokasi yang dilakukan tim lawan. Karena selama masih ada waktu, maka segala sesuatu bisa terjadi, para pemain kita bisa berkaca pada perjuangan para pemain Real Madrid saat semifinal Liga Champions melawan Manchester City karena mereka bisa mencetak 2 gol yang dibutuhkan pada menit akhir pertandingan.
Melawan Malaysia
STY sebenarnya agak beruntung karena setelah kekalahan melawan Thailand, Timnas kita harus menghadapi Malaysia untuk perebutan medali perunggu. Sebagian besar pendukung Timnas menjadi tetap antusias menyaksikan dan mendukung perjuangan Timnas karena masalah gengsi ketika harus menghadapi musuh bebuyutan kita, Malaysia. Karena dipertandingan ini kita tidak boleh ada istilah kalah, meski kita kehilangan sejumlah pemain penting.
Di awal pertandingan kita mempu membuat gebrakan dengan menciptakan sejumlah peluang lewat Ronaldo Kwateh, Witan Sulaeman maupun Saddil Ramdhani. Namun sayang kita membuang percuma peluang-peluang tersebut. Setelahnya kita lebih banyak membiarkan Pasukan Malaysia berkembang dan menguasai pertandingan, dan berapa kali Malaysia bisa membuat peluang-peluang berbahaya, beruntung mereka tidak memiliki striker yang mematikan.
Sekali-sekali kita bisa membuka peluang lewat serangan-serangan balik cepat. Dan akhirnya kerja sama apik pemain-pemain kita membuahkan hasil yang akhirnya assist cantik Marcelino kepada Ronaldo Kwateh bisa diselesaikan dengan baik dan merobek gawang Malaysia.
Sayangnya setelah gol tersebut kita mengendor dan terlalu terburu-buru membangun serangan sehingga mentah dan jauh dari harapan. Dan akhirnya Malaysia bisa menyamakan kedudukan melalui tendangan Muhammad Hadi yang membentur pemain belakan kita sehingga bola berbelok dan tak mampu dijangkau Ernando Ari.
Kedudukan 1-1 bertahan hingga peluit panjang dibunyikan sehingga pertandingan harus lanjutkan dengan adu tendangan penalti. Dan akhirnya Timnas kita berhasil memenangkan pertandingan ini dan berhak atas medali perunggu. Kita beruntung karena memiliki penjaga gawang seperti Ernando Ari yang bisa dikatakan pemain paling konsisten selama Sea Games termasuk menjadi bintang di pertandingan lawan Malaysia.
Namun apakah kita harus puas dengan medali ini? Tentu tidak. Karena masih banyak yang harus diperbaiki. Shin Tae-yong sendiri meskipun sudah meminta maaf, tetap harus dievaluasi. Apakah pekerjaannya di Timnas U19 hingga senior tidak memberatkan dirinya? Bagaimana juga dengan pemilihan pemain, apakah memang sudah melalui prosedur yang benar sesuai dengan keinginan pelatih? Bagaimana juga dengan hasil TC di Korea, apakah memang sudah sesuai dengan harapan?
Bagaimana juga dengan perbaikan system sepak bola Indonesia, bagaimana dengan Liga Indonesia, apakah Liga sudah ada perbaikan signifikan? Bagaimana juga dengan kompetisi usia dini yang dikelola secara professional, apakah sudah berjalan? Apakah juga kita sudah menerapkan sport science untuk semua pemain-pemain sepak bola?
Kedepan PSSI diharap untuk ajak seluruh stake holder sepak bola untuk membangun sepak bola Indonesia dengan membuat blueprint sepak bola nasional yang benar.
Penulis adalah Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI), yang juga Pendiri Kanalbola.id