Itik buruk rupa ternyata adalah angsa. Angsa dikira itik, karena telurnya dierami oleh induk itik. Saat menetas, sang angsa berbeda sendiri. Buruk rupanya, warnanya abu-abu. Hingga akhirnya dewasa menjadi putih bulunya.
Dongeng Itik Buruk Rupa, adalah satu dari sejumlah dongeng terkenal dunia. Yang berakhir gembira, melegakan yang membaca atau mendengarnya. Satu dari karya Hans Christian Andersen yang ending-nya dibuat happy.
Dongeng lain yang terkenal berakhir sedih. Seperti Gadis Korek Api dan juga Little Red Riding Hood, serta Little Mermaid. Yang satu meninggal dunia di malam Natal yang dingin, sambil memegang korek api, yang lain meninggal karena dimakan srigala. Yang satu lagi, meninggal tanpa mendapatkan cintanya pada sang pangeran. Ya, karya HC Andersen tak selamanya indah akhirnya.
Hans membawa Denmark terkenal ke seantero jagat dengan dongeng-dongengnya. Menyentuh hati dan menggembirakan hati. Ada puluhan dongeng Hans yang bila di Eropa saja, masih jadi cerita pengantar tidur. Sementara buat Hollywood, Little Red Riding Hood, dan Little Mermaid, adalah dua cerita yang paling sering diadaptasi. Dengan akhir cerita yang menggembirakan. Demi penonton.
Dan mirip dongeng, adalah kesebelasan Denmark di Euro 2020 yang digelar pada Juni-Juli 2021. Denmark pada Sabtu malam waktu Indonesia, atau petang waktu Belanda—karena dimainkan di Belanda–membantai Wales empat gol tanpa balas. Meski Gareth Bale dan kawan-kawan yang diunggulkan menang di pasar taruhan.
Tapi cerita sukses Denmark Sabtu malam, hampir seperti mimpi. Karena Denmark, yang jatuh mentalnya bertubi-tubi. Mental tim Denmark jatuh, saat pemain andalannya Cristian Eriksen mengalami henti jantung. Ini kisah heroik tersendiri bagi tim medis, dan kepemimpinan wasit Anthony Taylor serta sang kapten Simon Kjaer di 12 Juni lalu. Tak lupa solidaritas sepakbola oleh tim lawan, Finlandia. Pertandingan yang diteruskan setelah berhenti satu jam, demi memantau kondisi Eriksen, dimenangkan Finlandia 1-0.
Selanjutnya, Belgia melumat Denmark di pertandingan kedua. Tapi Belgia juga yang menyelamatkan Denmark, di pertandingan ketiga. Belgia menghabisi Finlandia, sehingga kemenangan Denmark atas Rusia membawanya ke babak 16 besar.
***
Mikkel Damsgaard kini jadi pusat perhatian. Gerakannya yang lincah saat membawa bola, mirip pemain Brasil yang mudah melewati dua tiga pemain lawan. Demikian juga operannya. Mampu memperdaya lawan dan memudahkan gerakan teman satu timnya.
Takdir Damsgaard yang baru 20 tahun, adalah cahaya terang dari jalan gelap yang dilalui Denmark, saat Eriksen tak lagi bisa melanjutkan pertandingan. Damsgaard adalah pengganti Eriksen, di pertandingan kedua. Melawan Belgia. Damsgaard merepotkan para bek dan pemain tengah Belgia dan kiper Thibaout Courtouis yang tinggi besar.
Pemain klub Sampdoria ini berkali-kali membelah pertahanan Belgia dengan gerakan kedua kakinya yang ringan. Olah bola di kaki kiri dan kanan sama baiknya. Damsgaard, pembuat gol pembuka asa Denmark mengalahkan Rusia 4-1.
Tak cuma Damsgaard—yang minim publikasi—juga Kasper Dolberg. Pemain pengganti yang jadi sorotan saat ini. Setelah dua golnya membuat Dany Ward, kiper Wales tak bisa berbuat banyak. Gol pertama, adalah sepakan terukur penempatan bola ke pojok kiri gawang. Dolberg, yang pemain Ajax Amsterdam itu, main sejak detik pertama, menggantikan Yusuf Poulsen—bermain di RB Leipziq–yang cedera.
“Saya tentu saja gembira. Tak ada yang senang duduk di bangku cadangan lama-lama. Akhirnya kesempatan itu tiba,” kata Dolberg, usai pertandingan. Tapi kalau Dolberg bisa bermain bagus melawan Wales, juga karena lapangannya yang sudah dia sangat kenal. Johan Cruyff Arena, tempat pertandingan digelar, adalah markas Ajax, klub yang dibelanya sejak 2016. Cruyff adalah legenda sepakbola dunia. Terkenal dengan Total Voetball yang diaplikasikannya dari pencetus ide Rinus Michels.
Damsgaard, juga Dolberg mendapat pelukan hangat dari Kasper Hjulmand, sang pelatih, saat digantikan rekan-rekannya. Setelah penggantian, Denmark masih bisa mendominasi pertandingan melawan Wales. Meski bermain lebih defensif, dengan lima pemain belakang sejajar.
Kasper Hjulmand, memang dikenal hangat. Mirip pelatih masa kini, yang akrab dengan pemain. Karena usia yang masih muda. Di deretan ini ada diantaranya Jurgen Klopp di Liverpool dan Hans Flick di Bayern Munchen—setelah Euro 2020 melatih Jerman. “Dia seperti teman bagi kami,” kata Simon Kjaer, kapten Denmark. Aura pertemanan Hjulmand baru dirasakan para pemain, di saat krisis. Hjulmand mesti memompa semangat anak asuhnya yang hampir tak punya harapan di melewati fase grup. “Tak ada yang tahu kami bisa melewati masa-masa itu,” kata Kjaer.
Yang dimaksud Kjaer adalah mental yang jatuh dua kali. Di awal turnamen. Cristian Eriksen, bintang Denmark, pemain kunci untuk tim, jatuh di penghujung babak pertama. Eriksen terkena henti jantung. Terkapar. Kjaer dan wasit pemimpin pertandingan langsung menghentikan pertandingan. Rekan-rekan Eriksen, mengelilingi dia, supaya kamera tak menyorot Eriksen yang sedang sekarat.
Bagusnya, di Eropa–yang belajar dari pengalaman, gagal dan terlambat menangani kasus-kasus serupa sebelum Eriksen—tim medis sigap hanya dalam hitungan kurang dari semenit. Sudah masuk lapangan. Pertolongan pertama Kjaer juga membantu detik-detik gawat kondisi Eriksen.
Satu apresiasi lagi, buat suporter dan pemain Finlandia. Ikut membantu menenangkan lawannya. Suporter Finlandia melemparkan benderanya, untuk menutupi Eriksen yang tengah dirawat.
Pasca lawan Finlandia, Hjumland mendatangi mereka satu persatu. Bicara. Kemudian menyatukan lagi semangat mereka. Setelah dikalahkan Finlandia 0-1 dan dihajar Belgia 1-2, asa Denmark lolos dari grup memang menipis. “Kalau ada yang patut diapresiasi atas keberhasilan sejauh ini. Adalah anak-anak. Mereka punya semangat yang luar biasa,” ujar Hjulmand.
Posisi Hjumland semestinya bukan memimpin tim Denmark. Karena kontraknya adalah setelah Euro 2020 selesai. Apa mau dikata, pandemi Covid-19, membuat Euro 2020 ditunda. Baru 2021, digelar. Dan itu adalah tanggung jawab Hjumland. Inilah satu keping lagi cerita Denmark, dari sang pelatih.
Apakah Denmark yang berjuluk Tim Dinamit betul betul bisa jadi dinamit lagi? Menggetarkan panggung Euro 2020, seperti menggetarkan Euro 1992? 29 tahun lalu, Denmark juara, setelah menggantikan Yugoslavia yang dianggap tak bisa ikut turnamen, karena terjadi perang saudara. Yang pasti, cerita mereka bukanlah dongeng. Tapi nyata adanya. Bangkit dari krisis. Dan sekarang percaya diri. Setahap demi setahap mesti mereka ukir, bila ingin seperrti 1992. Dan tahap selanjutnya, Kjaer, dan kawan-kawan harus menghadapi pemenang Belanda versus Republik Ceko yang akan bertanding nanti malam.
(YOP)