Di akhir musim lalu Tottenham Hotspur menyalip Arsenal dalam perebutan posisi ke-4. Hasilnya kita sudah sama-sama tahu: Tottenham main di Champions League, Arsenal terlempar ke Europa League. Kelemahan Arsenal ketika itu pun sudah jelas: tidak punya striker yang bagus dan tidak punya pemain pelapis yang sama bagusnya. Akhir musim ditandai dengan cidera tiga pemain inti Arsenal: Kieran Tierney, Thomas Partey, dan Takehiro Tomiyasu. Masing-masing, wing back kiri, defensive midfielder, dan wing back kanan. Berbeda dengan Manchester City dan Liverpool yang Tim A dan Tim B-nya sama baiknya, begitu ketiga pemain ini diganti performa Arsenal langsung melorot.
Di periode transfer musim panas ini Arsenal langsung bergerak cepat. Urusan striker buru-buru dibereskan dengan perpanjangan kontrak Eddie Nketiah dan pembelian Gabriel Jesus dari Manchester City. Transfer ini berlangsung mulus karena bagusnya reputasi Arteta ketika di Manchester City
Arsenal juga mendapat tambahan amunisi dari kembalinya William Saliba, bek terbaik Prancis tahun lalu, dari sesi pinjaman di Marseille. Saliba bermain di posisi yang sama dengan Benjamin White, right center back.
Bulan ini sebagian besar posisi dicarikan pelapis yang setara, kalau tidak bisa lebih baik. Matt Turner dibeli musim dingin kemarin dari New England Patriots sebagai pelapis kiper Aaron Ramsey, Raphinha diincar sebagai pelapis Bukayo Saka, Fabio Vieira dibeli dari Porto sebagai pelapis Martin Odegaard, dan terakhir Oleksandr Zinchenko dibeli untuk bergantian dengan Kieran Tierney. Raphinha sayangnya memilih untuk menerima pinangan Barcelona. Tapi Arsenal masih mengincar salah satu dari Youri Tielemans, pemain Leicester, atau Lucas Paqueta, pemain Lyon, sebagai pelapis Granit Xhaka. Masih ada PR untuk mencari pelapis Thomas Partey di posisi gelandang bertahan dan Gabriel Magalhaes di bek tengah kiri.
Musim depan lini depan Arsenal akan jauh lebih tajam. Trio Martinelli-Jesus-Saka atau Martinelli-Nketiah-Saka di depan akan sama baiknya. Selama pra-musim Arsenal sudah main 4 kali dan tak terkalahkan. Berakhir sudah masa fans geleng-geleng kepala setiap tembakan Alexandre Lacazette dengan mudah ditangkap kiper.
Pola bermain idaman Arteta tetap 4-3-3 ala Manchester City atau Barcelona. Tapi kehadiran Oleksandr Zinchenko bisa memberi efek kejutan di setiap penampilan Arsenal. Arteta bisa memilih bermain dengan wing back tradisional dengan Kieran Tierney atau menggunakan inverted left back dengan Zinchenko. Posisi Granit Xhaka dan Odegaard bisa dicover Fabio Vieira. Kehadiran Odegaard dan Vieira yang sanggup mengisi fungsi playmaker number 10 juga memberi opsi bagi Arsenal untuk bergeser sedikit defensif, bermain 4-2-3-1 dengan double pivot Elneny-Sambi atau Elneny-Odegaard in case Thomas Partey cidera.
Arsenal musim depan akan lebih banyak mencetak gol dan lebih sulit dikalahkan. Kekurangannya? Arsenal masih akan memainkan gaya yang sama dengan tahun lalu, hanya kali ini pemainnya lebih lengkap dan strikernya lebih berbahaya. Di era informasi berputar sangat cepat pelatih harus selalu berevolusi setiap tahun, balapan dengan lawan yang sudah mempelajari dan menemukan anti racun bagi gaya bermain tahun lalu.
Penulis adalah Pemerhati Liga Inggris